:: Puasa yang Menenteramkan ::

Puasa yang MenenteramkanCNI DC715 Puasa Ramadan adalah salah satu pilar dalam Islam. Puasa Ramadan tidak sekadar rutinitas ritual dan kewajiban, tetapi bertujuan menghambaan diri kepada Allah serta memiliki kebermaknaan sosial. Puasa juga merupakan ibadah fisik dan mental. Esensi puasa adalah pengendalian diri. Secara fisik pengendalian tersebut dapat terwujud dalam bentuk pengendalian pola makan yang baik.

Tubuh manusia memiliki mekanisme alamiah yang digunakan untuk mangatasi kondisi-kondisi yang tak diinginkan, agar tetap dalam kondisi normal.

Dalam keadaan puasa selama kurang lebih 13 jam tubuh tidak mendapatkan suplai makanan, akan tetapi tubuh tetap bertahan. Ini disebabkan tubuh masih memiliki cadangan energi yang berasal dari karbohidrat yang disimpan dalam bentuk glikogen yang mampu bertahan sampai 25 jam.

Masa puasa ini cukup untuk membersihkan makanan yang tertimbun dalam usus besar dan memberikan kepada usus besar untuk beristirahat dari proses pencernaan. Puasa hakikatnya mendidik manusia agar memiliki pengendalian diri dari nafsu.

Puasa juga meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama. Sehingga kondisi seperti ini dapat melatih seseorang untuk berempati dan simpati. Hal inilah yang melatih dan membentuk kesadaran manusia. Dari kesadaran bertindak positif itu terbentuklah mental dan karakter yang kuat, sekaligus mampu menjadi filter dari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, pendendam dan lain sebagainya.

Dalam lingkungan masyarakat, puasa melatih dan membentuk kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat, misalnya sahur dan buka bersama, tarawih dan witir, shalat berjamaah, pesantren kilat, maupun tadarus Alquran. Inilah maka puasa disebut ibadah yang sistemik, karena ada rangkaian ibadah lain yang melingkupinya.

Disisi lain puasa juga mampu menumbuhkan solidaritas antar anggota masyarakat antar lembaga dan instansi. Ibadah lain yang melingkupi puasa tersebut menjadi penggerak dan pengisi ruang sosial yang baik. Menurut Agus Mustofa, pakar tasawuf modern, puasa yang baik akan menyehatkan diri seseorang secara lahiriah maupun batiniah serta mampu meredam tekanan.

Menurut Dr Paavo Airola, pakar nutrisi biokimiawi Finlandia, tekanan fisik maupun psikis terbukti menurunkan daya tahan tubuh. Makan dan minum yang berlebihan dalam kurun waktu tertentu ternyata juga bisa memunculkan tekanan bagi tubuh.

Pekerjaan yang bertumpuk setiap hari berpadu dengan pola makan yang buruk serta kelelahan fisik yang tak sempat pemulihan menyebabkan daya tahan tubuh manusia modern menjadi rendah, mudah terserang penyakit. Puasa adalah salah satu cara jitu untuk mengembalikan kondisi tubuh.

Puasa yang bagaimana? Tentu saja puasa seperti yang diajarkan oleh Allah lewat Rasul-Nya. Yakni puasa yang dilakukan dengan sepenuh keikhlasan, bukan keterpaksaan karena diwajibkan. Juga puasa yang melatih kontrol diri secara emosional sehingga memunculkan perilaku yang baik dalam kesehariannya.

Serta puasa yang tidak ”balas dendam” dalam hal makanan, melainkan justru untuk memperbaiki pola makan. Allah Swt berfirman QS Albaqarah (2) 184: ”Barangsiapa yang dengan ikhlas (kerelaan hati) mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.

Dan berpuasa adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui, dalam hadis Rasulullah bersabda: ”Berpuasalah niscaya kamu akan sehat” (HR Thabrani). Sabda Rasulullah ini mengisyaratkan bahwa dibalik puasa tersebut ada hikmah bagi kesehatan manusia, baik kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Wallahu Alam. (SuaraMerdeka.com)

Leave a comment