:: Cara berpikir menentukan orang akan sukses atau gagal. ::

Cara berpikir menentukan orang akan sukses atau gagalCNI DC715 Mereka yang sukses selalu menggunakan kekuatan berpikirnya untuk terus memperbaiki hidupnya. Jangan heran bila para motivator selalu berpesan untuk selalu berpikir positif “Saya pasti bisa!” Intinya, kita bisa berupaya mengendalikan pikiran. Jangan biarkan pikiran kita membuat perasaan jadi tidak nyaman. Pandang kenyataan secara positif agar kita bisa mengambil hikmahnya. Mencoba tersenyum, bahkan di kala berduka dapat melepaskan diri dari perasaan sedih itu dan menetralkan perasaan negatif dalam diri. Pikirkan hal-hal yang dapat mengembalikan kegembiraan kita. Dengan begitu kita akan menjadi pribadi tangguh yang tak mudah jatuh. Bukan cuma itu, pikiran positif serta kepercayaan diri kita akan menarik simpati orang Iain. Yang lebih penting, hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan.

Sebelas Tipe Berpikir
Kita adalah apa yang kita pikirkan, Dalam bukunya “Thinking For Chance”, John C. Maxwel mengungkapkan sebelas tipe berpikir orang-orang sukses, mereka yang memiliki tipe berpikir positif. Mari kita tinjau ulang cara pandang (pemikiran) kita. Apakah sudah sesuai dengan tipe berpikir orang sukses?

  1. Big picture thinking, bukan small thinking. Cara berpikir yang komprehensif. Ini menjadikan kita terus belajar, banyak mendengar dan terfokus sehingga cakrawala kita menjadi luas.
  2. Focused thinking bukan scattered thinking. Cara berpikir yang terfokus, bukan melebar/menyebar ke mana-mana, sehingga dapat menghemat waktu dan energi, juga bisa mencapai loncatan locatan besar.
  3. Creative thinking bukan restrictive thinking. Cara berpikir kreatif, bukan yang dibatas-batasi.
  4. Realistic thinking bukan fantasy thinking. Cara berpikir faktual, nyata. Ini memungkinkan kita meminimalkan risilko, punya target dan rencana yang matang. Dalam menghadapi tantangan, gunakan akal Pikiran kita, jangan main perasaan, sehingga kita bisa mengambil hikmahnya.
  5. Strategic thinking bukan random thinking. Cara berpikir dengan perencanaan dan tahapan ielas, bukan asal jalan. Tak terlalu rumit, bisa dijalankan dengan penuh antisipatif, dan bisa menghindari kesalahan, secepat mungkin, aktivitas kita terjadwal dengan baik, sehingga waktu tak terbuang percuma.
  6. Possibility thinking, bukan limited thinking. Cara berpikir yang penuh dengan kemungkinan lain, tidak kaku. Katakanlah, saat kita menghadapi tantangan, maka bila rencana A gagal dijalankan, kita pun telah siap menjalankan rencana alternatifnya, B, yang sama efektifnya.
  7. Reflective thinking, bukan impulsive thinking. Cara berpikir berdasarkan refieksi (data), bukan berdasar dorongan hati/perasaan. Hal ini memungkinkan kita bisa menilai/mengukur keberhasilan dari setiap aktivitas yang kita jalankan.
  8. Innovative thinking, bukan popular thinking. Mencari terobosan¬ terobosan baru untulk meraih sesuatu yang lebih baik.
  9. Shared thinking, bukan solo thinking. Berbagi pemikiran dengan orang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya bisa dengan diskusi, musyarawarah, tukar pendapat, sharing.
  10. Unselfish thinking, bukan selfish thinking. Cara berpikir untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi. (Referensi: “Thinking For Chance” (Warner Business Books, 2003), John C. Maxwel)
  11. Bottom line thinking, bukan wishful thinking. Berfokus pada hasil sehingga dapat meraih hasil berdasarkan potensi pemikiran yang dimiliki.

Leave a comment