Waspadai Anemia Sejak Dini

CNI DC715 - Waspadai Anemia Sejak DiniAnemia mungkin bukan istilah yang asing lagi bagi Anda. Tetapi tahukah Anda apa itu anemia dan gejala-gejalanya?

Bisa jadi, Anda sebenarnya sudah mengalami gejala anemia selama ini, tetapi karena kurang memahami, banyak di antara kita yang lantas menyepelekan kondisi itu. Padahal, tanpa disadari, anemia bisa memengaruhi kualitas hidup kita. Bahkan kondisi anemia berat dapat menyebabkan rendahnya oksigen di organ vital, seperti jantung, yang dapat menyebabkan seseorang terkena serangan jantung.

“Anemia bukan penyakit,” kata Dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD, FINASIM, dari Divisi Hematologi-Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), dalam media briefing tentang anemia di Jakarta beberapa waktu lalu. Anemia merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit (sel darah merah) dalam darah yang kurang dari nilai normal.

“Jika kadar hemoglobin dalam darah berkurang, maka kadar oksigen dalam darah pun berkurang. Hal ini karena oksigen kehilangan ‘kendaraan’ untuk beredar ke seluruh tubuh,” tambah dokter yang merupakan salah satu pengurus besar Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu. Hemoglobin memang merupakan pigmen yang membawa oksigen dalam sel darah merah.

Kekurangan zat besi memang paling sering menjadi penyebab anemia. Hal itu karena zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, terutama untuk pembentukan hemoglobin. Namun anemia juga bisa disebabkan oleh kehilangan sel darah merah akibat perdarahan (baik kronik atau akut), genetik  (thalasemia, hemoglobinopati, anemia fanconi, anemia sickle cell), atau adanya penyakit kronik maupun keganasan (penyakit ginjal, hati, infeksi malaria, penyakit jaringan ikat).

Sebanyak 40% wanita usia subur di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, mengalami anemia, dengan rentang usia antara 26-40, seperti yang terungkap dari data poliklinik hematologi medik FKUI/RSCM pada 2012. Perempuan memang cenderung lebih berisiko terkena anemia, ketika sedang hamil, menyusui, haid maupun melakukan diet makanan yang mengandung zat besi. Namun anemia dapat terjadi pada siapa saja, dari segala usia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi anemia pada pria di Indonesia adalah 1:10, berarti satu dari setiap 10 pria di Indonesia rentan anemia.

Sayang, banyak masyarakat menganggap kekurangan zat besi adalah hal biasa dan sepele. Padahal, selain dapat memengaruhi produktivitas sehari-hari, “Anemia juga bisa menjadi indikasi awal adanya penyakit kronik atau keganasan, seperti kanker,” kata dr. Nadia. Apalagi, gejala anemia baru muncul ketika tubuh sudah sangat kekurangan zat besi. “Bahkan kadang juga tidak ada gejala yang khas,” katanya menambahkan.

Padahal, anemia – terutama anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi – bisa dicegah dengan mudah dan sejak dini, antara lain dengan memastikan kecukupan zat besi harian Anda. Untuk pria dan wanita pasca-menopause, dianjurkan mengonsumsi delapan milligram zat besi per hari. Sementara wanita pra-menopause 18mg/hari, wanita hamil 27mg/hari dan anak usia enam bulan sampai 11 tahun 11mg/hari.

Zat besi bisa Anda dapatkan secara alami dari beberapa bahan pangan, seperti daging merah, hati sapi, tiram, udang, telur, susu, kacang polong hijau, kacang tanah, kedelai dan sayuran hijau. Sumber asupan zat besi dari golongan heme (daging merah, ayam, ikan) mempunyai penyerapan lebih baik dibandingkan golongan non-heme (buah, sayur, sereal, susu). Dan jika kebutuhan harian zat besi tak tercukupi dari makanan, Anda juga bisa mengonsumsi suplemen zat besi.

Selain itu, pastikan Anda cukup tidur (6-8 jam/hari) dan rutin berolahraga. Jaga jarak waktu konsumsi sekitar dua jam antara zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi dan vitamin zat besi, seperti tanin (teh), polifenol (kopi), kalsium (vitamin kalsium dan susu) dan fitat (gandum, beras, jagung). Konsumsi sumber makanan yang mengandung vitamin C karena dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

Dan untuk memastikan Anda menderita anemia atau tidak, lakukan pemeriksaan darah untuk mengecek kadar hemoglobin. Jika memang mengalami anemia, dokter umumnya akan memberikan vitamin zat besi dengan dosis terapi, sesuai dengan parah atau tidak anemia yang diderita. Namun yang pasti, cari penyebab dasar atau penyakit yang mendasari anemia tersebut karena siapa tahu, ada penyakit yang lebih serius di tubuh Anda.

Sumber: Readerdigest

Leave a comment